Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

- TRWP Mengutuk Keras Tindakan Brutal Aparat Penjajah

Written By Unknown on Senin, 17 Desember 2012 | 20.31



Alm. Hubertus Mabel (kiri) saat siaran KNPB
 pers bersama Buchtar Tabuni dan Alm. Mako Tabuni 
Papua - Meninggalnya Hubertus Mabel akibat ditembak oleh aparat militer Indonesia di Wamena kemarin, mendapatkan kecama dari Markas Pusat Pertahanan ( MPP ) Tentara Revolusi West Papua ( TRWP ), Seperti Yang Dilansir di www.Papuapost.com

Dengan ini dari Markas Pusat Pertahanan (MPP) Tentara Revolusi West Papua (TRWP) kami mengucapkan
BERDUKACITA SEDALAM-DALAMNYA
atas kematian Hubert Mabel di tangan musuh penjajah NKRI.

Selanjutnya TRWP mengutuk keras tindakan barbar, brutal dan tidak manusiawi yang dilancarkan NKRI, selama ini, dan khususnya beberapa bulan terakhir yang diarahkan untuk membungkan aspirasi dan perjuangan Papua Merdeka.

Gemeral TRWP Mathias Wenda bersama seluruh pasukannya menyatakan “Papua Beduka!” atas rentetan pembunuhan yang direkayasa sendiri oleh NKRI untuk memancing anggota KNPB untuk terlibat kegiatan-kegiatan militan. Urusan perjuangan dengan mengangkat senjata bukanlah tugas KNPB sejak pendiriannya tetapi niat luhur perjuangan bangs aini telah dikotori oleh permainan intelijen NKRI yang menggalakkan kegiatan-kegiatan militan, menyediakan senjata dan mendesak para gerilyawan di hutan untuk ikut bergabung dalam operasi-operasi militan di kota dan kampung-kampung.

Perlu disadari bahwa ini semua adalah permainan NKRI, dan anak-anak KNPB harus sadar dan pandai membaca situasi.

Dikeluarkan di: Markas Pusat Pertahanan,
Pada Tanggal: 17 Desember 2012


Amunggut Tabi, Leut. Gen. TRWP
BRN: A. 018676

20.31 | 0 komentar

Seruan Aksi AMP Sikapi Hari TRIKORA

Written By Unknown on Jumat, 14 Desember 2012 | 14.28


SERUAN AKSI.!
Salam Pembebasan!
Yogya - Tanggal 19 Desember 1961, Soekarno mengumandangkan TRIKORA di Alun-Alun Utara Yogyakarta dengan tujuan untuk mengagalkan pembentukan negara Papua Barat yang telah dideklarasikan pada 1 Desember 1961. TRIKORA merupakan awal dilakukannya penjajahan Indonesia atas negara Papua Barat.
Realisasi dari isi Trikora ini, maka Soekarno sebagai Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat (Sekarang Papua) mengeluarkan Keputusan Presiden No. 1 Tahun 1962 yang memerintahkan kepada Panglima Komando Mandala, Mayor Jendral Soeharto untuk melakukan operasi militer ke wilayah Papua Barat untuk merebut wilayah itu dari tangan Belanda.
Akhirnya dilakukan beberapa gelombang Operasi Militer di Papua Barat dengan satuan militer yang diturunkan untuk operasi lewat udara dalam fase infiltrasi seperti Operasi Banten Kedaton, Operasi Garuda, Operasi Serigala, Operasi Kancil, Operasi Naga, Operasi Rajawali, Operasi Lumbung, Operasi Jatayu. Operasi lewat laut adalah Operasi Show of Rorce, Operasi Cakra, dan Operasi Lumba-lumba. Sedangkan pada fase eksploitasi dilakukan Operasi Jayawijaya dan Operasi Khusus (Opsus).  Melalui operasi ini wilayah Papua Barat diduduki, dan dicurigai banyak orang Papua yang telah dibantai pada waktu itu.
Hingga kini, Militer (TNI-Polri) merupakan alat negara Indonesia yang paling ampuh untuk menghalau gejolak perlawanan Rakyat Papua yang menghendaki kemerdekaan sepenuhnya dari Indonesia. Berbagai kasus pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) Rakyat Papua terjadi akibat kebrutalan Militer Indonesia.
Maka, pada momentum 19 Desember 2012 ini, kami Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) mengundang Kawan-kawan Mahasiswa Papua se Jawa Bali untuk ambil bagian dalam Aksi mengugat TRIKORA yang sedianya akan dilakukan pada :
Hari/Tanggal      : Rabu, 19 Desember 2012
Waktu                  : 09.00-selesai
Titik Kumpul      : Asrama “Kamasan I” Yogyakarta
Rute                      : Asrama Kamasan – 0 KM – Alun-Alun Utara
Thema Aksi        : “19 Desember 1961 Awal Penjajahan Indonesia atas Negara Papua Barat”
Demikian seruan aksi ini kami buat, atas perhatian, partisipasi dan keterlibatan Kawan-kawan sekalian, kami ucap terima kasih.
Salam!
Yogyakarta, 14 Desember 2012

Kordinator Umum

Phaul Hegemur

NB : Kawan-kawan diharapkan mengunakan baju hitam atau pakaian adat saat mengikuti aksi
14.28 | 0 komentar

Pengamanan Khusus Papua Dinilai Bukan Solusi

Written By Unknown on Rabu, 11 April 2012 | 01.34

JAKARTA -- Rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), seperti disampaikan melalui Juru Bicara Julian Aldrin Pasha, Senin (9/4), yang akan mengeluarkan kebijakan pengamanan khusus untuk Papua pascapenembakan pesawat Trigana Air jenis PK-YRV di Bandar Udara Mulia, semakin membuktikan minimnya itikad baik pemerintah untuk menyelesaikan masalah Papua melalui jalan damai.

Hal itu ditegaskan Koordinator Kontras Haris Azhar, Selasa (10/4), di Jakarta. "Kami khawatir kebijakan ini akan menjadi pintu masuk untuk menambah jumlah pasukan keamanan (TNI dan Polri) ke Papua sehingga potensi kekerasan dan pelanggaran HAM akan terus bertambah," katanya.

Ia menambahkan, opsi pendekatan keamanan masih menjadi pilihan utama dari pemerintah untuk Papua.  Sebaliknya, gagasan, ide ataupun wacana menyelesaikan persoalan Papua melalui jalan damai (dialog) yang pernah disampaikan terdahulu, semakin jauh dari kenyataan.

"Pemerintah, khususnya presiden harus memiliki standar dan ukuran yang ketat untuk menafsirkan situasi yang terjadi di Papua," katanya.

Ia menambahkan, Presiden jangan terlalu mudah mengambil kebijakan keamanan, apalagi hanya didasarkan pada satu peristiwa.  Kebijakan model ini akan menjadi preseden buruk dalam peristiwa serupa yang mungkin terjadi berikutnya.

"Maka dapat kita bayangkan seperti apa situasi di Papua jika setiap peristiwa direspon dengan pendekatan dan penambahan aktor keamanan," ungkap dia.

Dikatakan, sejauh ini tidak pernah dilakukan evaluasi terhadap manfaat dan efektifitas gelar pasukan keamanan di Papua. Dan menurutnya, jika melihat kondisi akhir – akhir ini, ternyata pendekatan keamanan terbukti tidak efektif untuk meredam bertambahnya angka kekerasan, justru tidak jarang aktor keamanan menjadi kontributor kekerasan.

"Mestinya hal ini menjadi catatan pemerintah, sehingga tidak selalu salah dalam memilih dan menentukan kebijakan yang akan diambil," sebutnya.

Berangkat dari persoalan tersebut di atas, serta berkaca dari stagnasi perubahan di Papua, Kontras mendesak agar presiden membatalkan rencana kebijakan pengamanan khusus terhadap Papua.

"Energi presiden mestinya dapat dialihkan untuk memastikan agar peristiwa penembakan pesawat Trigana Air jenis PK-YRV dapat diselidiki dan diusut secara optimal, transparan dan akuntabel sehingga tidak menambah daftar panjang kasus penembakan misterius di Papua."

Selanjutnya, kata dia, presiden harus terbuka terhadap seluruh masukan di luar Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan. Setidaknya Komnas HAM dan tokoh gereja di Papua dan suara masyarakat sipil juga harus dipertimbangkan.

"Sehingga warna dan arah kebijakan untuk merespon setiap perkembangan situasi di Papua tidak melulu merujuk pada pendekatan keamanan yang terbukti tidak efektif," katanya.
01.34 | 0 komentar

Menko Polhukam : Gerakan Kelompok Bersenjata di Papua Tidak Masif

JAKARTA- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) Djoko Suyanto menyatakan kelompok bersenjata di Papua masih ada, namun gerakan tersebut tidak masif.

"Peredaran senjata di Papua memang masih ada, namun tidak masif," kata Menko Polhukam saat silaturahmi dengan pimpinan media massa di Kantor Kemenko Polhukam di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, wilayah Papua sangat luas, bahkan tiga kali lebih besar dibandingkan Pulau Jawa sehingga bila ada kejadian di Wamena, Sorong, Biak, Timika dan lainnya, bukan berarti semua Papua seperti itu.

Ia menyebutkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan aparat keamanan mengalami kesulitan dalam menangkap kelompok bersenjata, antara lain, faktor kondisi medan yang sulit serta membaurnya para anggota kelompok pengacau keamanan pada suku-suku yang banyak terdapat di Papua.

"Inilah yang kita pesankan kepada aparat agar jangan salah prosedur, salah orang. Kalau zaman dulu kita bisa langsung menangkap, tapi sekarang kalau benar-benar tidak yakin, ya jangan. Harus yang benar-benar yakin, dilengkapi bukti-bukti yang cukup," kata mantan Panglima TNI ini.

Ia mengatakan, prajurit TNI-Polri yang ditugaskan di Papua selalu dibekali dengan pemahaman hukum internasional dan lainnya. "TNI di bawah kendali Pangdam, Polri di bawah Polda. Tidak ada yang dikendalikan di Jakarta," ujarnya.

Persoalan kedaulatan NKRI, kata dia, tidak ada masalah. Namun yang jadi masalah sekarang adalah bagaimana membangun Papua menjadi lebih baik.

Menurut dia, pemerintah sudah berupaya membangun Papua dengan membuat regulasi UU Otonomi Khusus dan membentuk Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B).

"Ini penting karena dulu tidak ada koordinasi sehingga program jalan sendiri-sendiri. Di UP4B juga ada yang membidangi komunikasi konstruktif," katanya.

01.04 | 0 komentar

30 Kasus Di Puncak Jaya Yang Belum Terselesaikan

Siapa Sebenarnya Pelaku Penembakan Di Papua ( Puncak Jaya ) ?

[JAYAPURA] 30-an kasus penembakan terhadap aparat maupun warga sipil yang terjadi di Mulia Puncak Jaya, Papua  sejak tahun 2004  tak pernah terungkap, begitupun pelakunya. Ini dikatakan Ketua DPRD Puncak Jaya saat dihubungi SP, Selasa (10/4) sore.

"Sudah banyak korban jiwa dan material. Penembakan bahkan sudah sejak 2004, namun belum terungkap," ujarnya. Untuk itu Nesco Wonda  berharap pihak keamanan  segera mengungkap tuntas serangkaian aksi teror dan penembakan di Puncak Jaya.

"Sungguh penembakan terhadap pesawat yang menewaskan wartawan Leron Kogoya, Minggu (8/3) sangat disesalkan,"ujarnya.

Dia pun  menilai aparat keamanan TNI/Polri di daerah beribukota Mulia itu, minim koordinasi, terutama dalam penyelesaian serangkaian aksi teror dan penembakan disana.

"Sangat disesalkan melihat aparat TNI/Polri disini terkesan kurang adanya koordinasi dalam mengejar pelaku teror. Kalau TNI kejar, polisi seperti melihat saja, demikian sebaliknya," kata Nesco .

Menurutnya Nesco Wonda, kurang koordinasi antara aparat keamanan di Puncak Jaya itu, relatif membuat persoalan disana akan semakin sulit terselesaikan.
Padahal, pimpinan TNI/Polri selama ini terlihat sangat akur dan selalu berjalan bersama.

Dia menambahkan, kondisi Kabupaten Puncak Jaya, usai penembakan oleh Orang Tak Dikenal pada pesawat Trigana, Minggu (8/3) relatif kondusif.

"Memang belum ada pesawat yang masuk lagi. Tetapi, kondisi sudah normal dan aktivitas kembali seperti biasa," ujarnya.

Kepala Dinas Perhubungan  Puncak Jaya Yohanis Koirewoa kepada SP mengaku, tadi (10/4) siang  telah diadakan rapat antara Pemerintah Kabupaten, TNI, Polri. "Disepakati bahwa bandara Mulia akan dibuka kembali,  apabila ada jaminan keamanan dari aparat,"ujarnya.[154]

00.57 | 2 komentar

SBY Minta Aparat Keamanan Kejar Pelaku Penembakan di Papua


JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menginstruksikan agar dilakukan pengejaran pelaku penembakan di Papua, seperti penembakan pesawat yang terjadi Minggu (9/4/2012) kemarin. 

Ditegaskannya, terus terjadinya penembakan di Papua tidak bisa dibenarkan. Dan ini bisa membuat psikologi di masyarakat khususnya di pedalaman tidak baik. Karenanya harus dilakukan pencegahan.
"Jadi mereka (masyarakat) harus tetap punya rasa aman untuk beraktivitas meski ini di pedalaman."
"Jadi memang berat tugas aparat kepolisian dan unsur jajaran keamanan terkait lainnya. Tapi ini harus dilaksanakan dan mereka sedang bekerja sekarang," demikian diutarakan Juru Bicara Kepresidenan Julian Pasha, di kompleks Istana Negara, Jakarta, Senin (9/4/2012). 

Lebih lanjut Jubir Kepresidenan ini menyatakan SBY tidak hanya meminta aparat keamanan melakukan pengejaran, tapi jauh dari itu kasus penembakan ini harus dapat diselesaikan. Para pelaku pun diproses secara hukum.

"Bukan dikejar tapi harus diselesaikan secara tepat. Mereka yang bertanggung jawab harus diproses secara hukum."

Terkait apakah ada penambahan jumlah pasukan, Julia mengaku belum mendapat informasi mengenai itu. "Saya belum tahu. Kalau saya tidak salah mendengar instruksi presiden itu pasukannya harus cukup tidak boleh out of number," ujarnya.

Lebih lanjut, Julian menyatakan SBY sudah dilaporkan Menkopolhukam mengenai kondisi di Papua. Kondisi Papua seperti sekarang ini membutuhkan pengamanan khusus untuk membuat kondisi menjadi lebih kondusif. Meskipun banyak sekali gangguan keamanan disana seperti yang bersenjata. 

"Untuk melakukan penertiban dan pengamanan ini dibutuhkan hal khusus. Kalau perlu dilibatkan unsur yang bisa melakukan tugas secara tepat proper dan tegas. Karena yg dihadapi kelompok bersenjata maka pengamananya harus khusus," katanya.

Sumber : http://www.tribunnews.com
00.46 | 0 komentar

Pesawat Ditembak, Satu Tewas

Written By Unknown on Senin, 09 April 2012 | 12.03

JAYAPURA, FAJAR -- Kondisi keamanan di bumi Papua kembali terusik. Kemarin insiden penembakan terjadi di Bandara Mulia, Puncak Jaya. Pesawat Trigana Air jenis Twin Otter DHC 6300 PK-YRF ditembaki kelompok tidak dikenal ketika hendak landing.

Karena insiden tersebut, seorang wartawan Papua Pos Nabire Leiron Kogoya, 35, tewas setelah terkena tembakan di leher kanan. Sementara itu, empat orang lainnya mengalami luka. Yakni, pilot Beby Astek, 40; kopilot Willy Resubun, 30; ibu rumah tangga Yanti Korwa, 30; dan Pako Korwa, 4. 

Penembakan itu juga mengakibatkan pesawat mengalami kerusakan di bagian hidrolis. Alhasil, pesawat mengalami gangguan saat mendarat.

Cenderawasih Pos
(Group FAJAR) melaporkan, peristiwa itu bermula ketika pesawat terbang dari Nabire dengan tujuan Bandara Mulia, Puncak Jaya, sekitar pukul 07.25 WIT. Nah, saat masih di udara dan hendak mendarat, pesawat tiba-tiba ditembaki orang tak dikenal yang jumlahnya diperkirakan lebih dari lima. Setelah melepaskan tembakan, mereka langsung melarikan diri ke dalam hutan.

Direktur Operasi Trigana Air Beni Sumaryanto mengatakan, pesawat tersebut berpenumpang delapan orang. ”Pesawat tertembak pada bagian hidrolis sehingga saat pendaratan sempat mengalami gangguan. Namun, dapat mendarat dengan baik,” ucapnya.

Evakuasi para korban luka dari Bandara Mulia ke Jayapura baru berhasil dilakukan pada pukul 15.30 WIT. Para korban luka dibawa ke RS Dian Harapan, Waena, Jayapura, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

”Untuk pelayanan penerbangan ke Mulia, Puncak Jaya, kami masih menunggu informasi selanjutnya dari petugas kepolisian maupun aparat di sana. Sebelum mendapat informasi tentang keamanan di sana, kami belum memberikan pelayanan ke sana,” ujarnya.

Sementara itu, Kabidhumas Polda Papua AKBP Yohannes Nugroho Wicaksono mengatakan, para penembak diduga dari kelompok orang tidak dikenal (OTK). Mereka kini sedang dikejar polisi yang dibantu anggota TNI. ”Anggota di Puncak Jaya juga telah melakukan olah TKP untuk mencari barang bukti,” tandasnya.
Sumber lainnya menyebutkan, karena tembakan itu, pesawat keluar landasan dan sempat menabrak bangunan. ”Tangki pesawat berlubang karena terkena tembakan. Beruntung, tidak meledak, meski sempat menabrak bangunan di sekitar bandara,” ujarnya.

Di pihak lain, Pemimpin Umum Papua Pos Nabire Angel Berta Sinaga mengakui bahwa Leiron adalah wartawan media tersebut. ”Saya tugaskan sementara di Puncak Jaya untuk mengabarkan perkembangan pilkada di sana,” tuturnya.

Angel mengutarakan, tidak ada hal yang aneh ketika wartawannya ditugaskan ke Puncak Jaya. Sebab, Leiron adalah orang asli Papua yang kedua orang tuanya juga tinggal di Puncak Jaya.
Kirim Tim ke Puncak Jaya

Sementara itu,  tim Bareskrim dan Baharkam Mabes Polri langsung melakukan rapat koordinasi untuk menangani insiden tersebut.  Satu tim BKO Mabes Polri yang selama ini stand by di Jayapura akan digerakkan ke lokasi. Kadivhumas Polri Irjen Saud Usman Nasution mengatakan, penanganan pertama di lokasi adalah sterilisasi bandara. Karena itu, pengiriman bantuan, baik medis maupun personel pasukan pemburu, juga terhambat. ”Tiap dua jam sekali Kapolda Papua berkoordinasi dengan kita,” kata mantan Kadensus 88 Antiteror tersebut.     

Pesawat perintis jenis Twin Otter milik PT Trigana Air Service ditembaki orang tak dikenal sesaat sebelum mendarat di Bandara Mulia sekitar pukul 08.25 WIT (06.25 WIB). Seorang penumpang, Leiron Kogoya, tewas gara-gara terkena tembakan di leher.

Leiron adalah wartawan surat kabar lokal yang sedang dalam perjalanan untuk meliput pilkada Puncak Jaya yang akan berlangsung pekan ini. Karena tembakan itu, pesawat mendarat dengan keras dan menabrak sebuah gudang penyimpanan di pinggir bandara.

Bandara Mulia selama ini rawan penyerangan. Kapolsek Puncak Jaya AKP Dominggus Awes juga tewas Oktober tahun lalu di lokasi tersebut. Dia disergap tiga orang dan ditembak dengan revolvernya sendiri. Penyerang lantas lari ke hutan dan perbukitan di sekitar bandara.

Menurut Saud, secara geografis lingkungan Bandara Mulia memang ideal untuk persembunyian kelompok bersenjata. Selain hutannya lebat dengan tipologi pepohonan tinggi, banyak lembah untuk melarikan diri. ”Saat ini pasukan yang di lokasi masih melakukan pengejaran,” ucap dia. (*/sil)
12.03 | 0 komentar

Kapolri Diminta Serius Tangani Teror Papua

JAKARTA -- DPR RI meminta polisi serius menumpas aksi penembakan oleh orang tak dikenal di Papua."Saya minta Kapolri serius memerhatikan persoalan Papua, karena insiden penembakan seperti kemarin pasti akan menjadi perhatian internasional,” ujar Anggota Komisi III DPR, Aboebakar Al-Habsyi, di Jakarta, Senin (9/4).

Seperti diketahui, kekerasan dan teror kembali terjadi di Papua, Minggu (8/4) pagi. Pesawat Twin Otter Trigana Air ditembak oleh kelompok tak dikenal saat mendarat di Bandar Udara Mulia, Puncak Jaya, Papua. Satu korban tewas, yakni Leiron Kogoya, wartawan Papua Pos.

Beberapa lainnya, termasuk pilot mengalami luka. Baku tembak dengan polisi pun tak terelakkan setelah peristiwa itu. Aboebakar menilai, selain adanya perusahaan multi nasional, isu HAM di Papua kerap menjadi bahan kampanye di luar negeri.

Menurutnya sudah banyak penembakan yang dilakukan oleh OTK di Papua. "Polisi harus menggenjot performa untuk menangani persoalan ini," katanya.

Selama tahun 2011,  paling tidak terjadi 13 kali insiden penembakan di Bumi Cenderawasih ini. Terdapat tujuh karyawan PT Freeport yang meninggal dunia, lima  lainnya mengalami luka tembak, dua Anggota TNI dan satu orang polisi juga mengalami luka tembak.

Pada tahun 2010, ada satu kejadian penembakan OTK terhadap konvoi lima mobil PT Freeport Indonesia yang mengakibatkan tujuh korban luka, satu diantaranya adalah warga negara AS.

Di tahun 2009, ia mencatat ada 17 kali baku tembak dengan lima korban meninggal, satu polisi dan empat karyawan freeport. Pada tahun itu, kata Aboebakar terdapat 28 orang mengalami luka tembak yang terdiri dari 20 karyawan, dua TNI dan empat  polisi.

"Untuk Tahun 2012, dari catatannya ini adalah kejadian ketiga, pada kejadian sebelumnya terdapat korban tewas yaitu Nasyun Naboth dan Thomas Bagiarsa," ungkapnya.

Ia menegaskan, penembakan oleh OTK di Papua sudah menjadi catatan merah nan panjang, karenanya polisi harus lebih serius lagi menangani persoalan ini. Penangan penembakan di Papua  sudah selayaknya memperbantukan TNI. "Ini sudah mengancam pertahanan dan kedaulatan Negara, semua tahu masih ada PR besar di sana, yaitu kaitannya dengan OPM," tegasnya.

“Oleh karenanya dari pada TNI dikirim untuk meghadapi demo mahasiswa, lebih baik dikirim untuk mengamankan kondisi Papua," kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), itu.

Diakuinya, dari hasil kunjungan kerja ke Papua beberapa waktu lalu, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Polri. "Seperti keterbatasan tenaga, alat komunikasi yang tidak mendukung dan adanya alat transportasi udara, padahal medan di daerah Papua sangatlah berat," katanya.
11.58 | 0 komentar

Pelaku Penembakan Trigana Masih Dikejar

JAYAPURA– Pesawat Trigana Air saat mendarat di Bandara Mulia, Puncak Jaya, Papua, Minggu (84) sekitar pukul 08.30 WIT, di brondong Sekelompok Sipil Sersenjata. Usai melakukan penembakan para pelaku kabur begitu saja

Akibat penembakan tersebut, pesawat Trigana Air menabrak rumah yang berlokasi di sekitar Bandara Mulia, akibat kehilangan kendali. Satu  orang dikabarkan meninggal dan 4 lainnya mengalami luka-luka (Nama-nama korban ada di kolom).

Dari Sumber terpercaya Cenderawasih Pos (Group JPNN), kejadian ini terjadi ketika pesawat Trigana Air PK-YRF mendarat di landasan  Bandara Mulia. Kemudian ketika peawat hendak parkir di apron bandara, sekelompok bersenjata yang jumlahnya lebih dari lima orang tiba-tiba memberondong pesawat dengan sesuka hatinya.

Lalu terjadi kehilangan keseimbangan terhadap pesawat dan kemudian menabrak bangunan. Yang mana salah seorang penumpang tewas terkena tembakan di bagian leher, yang merupakan wartawan Papua Pos Nabire Leiron Kogoya yang baru di tugaskan di sana untuk sementara waktu. Sedangkan empat korban lainnya di larikan ke rumah sakit Mulia.

Kabid Humas Polda Papua AKBP  Drs Yohannes Nugroho Wicaksono ketika dikonfirmasi membenarkan kejadian penembakan tersebut. “Benar Pesawat Trigana Air ditembaki saat mendarat di Bandara Mulia Puncak Jaya, akibatnya satu wartawan Papua Pos Nabire tewas terkena tembak di bagian leher kanan,” jelasnya dalam pesan singkat yang di kirim ke Cenderawasih Pos, Minggu (8/4).

Yohannes mengatakan bahwa kejadian yang di lakukan oleh sekelompok orang tidak di kenal (OTK) ini masih dalam pengejaran oleh anggotanya di Bantu oleh aparat TNI. “Usai melakukan penembakan para pelaku kabur kehutan, yang saat ini masih dalam pengejaran,” ungkapnya.

Selain melakukan pengejaran terhadap pelaku, ungkap Kabid Humas bahwa anggota Polres Puncak Jaya hinga saat ii melakukan olah TKP di lokasi kejadian guna melakukan proses penyelidikan. “Anggota saat ini di Puncak Jaya, sedang melakukan olah TKP untuk mencari barang bukti,” tandasnya.

Sedangkan kronologis kejadian ini bermula dari pesawat Trigana PK-YRF tiba di bandara Mulia. Kemudian ketika peawat hendak parkir, sekelompok OTK bersenjata menembak pesawat, sehingga Pilot panik dan tidak bisa mengendalikan pesawat dan kemudian keluar dari landasan pacu dan menabrak bangunan. “Akibatnya 1 korban tewas dan 4 korban lainnya luka-luka),” katanya.

Sementara itu pimpinan umum Papua Pos Nabire Angel Berta Sinaga ketika di konfirmasi melalui telepon celulernya mengatkan bahwa benar korban penembakan pesawat Trigana adalah satu wartawannya. “Leiron Kogoya adalah salah satu wartawan kami yang saya tugaskan sementara ini di Puncak Jaya untuk mengabarkan perkembangan Pemilukada di sana,” katanya.

Angel mengutarakan bahwa tidak ada hal yang aneh di rasakan ketika wartawannya di suruh untuk di tugaskan di Puncak Jaya, sebab Leiron adalah asli orang Papua yang kedua orang tuanya juga di kabarkan di Puncak Jaya.

“Leiron dari kecil sudah kami didik di Jayapura untuk menjadi seorang jurnalis. Kemudian setelah berhasil kami tempah, kami menugaskannya ke Papua Pos Nabire. Kemudian seminggu yang lalu saya memintanya stanbay untuk berangkat ke Puncak Jaya mengabarkan perkembangan Pilkada di sana. Kemudian kemarin sore saya memintanya untuk mencari pesawat berangkat,” Ungkapnya.

Ternyata Leiron, Minggu dini hari berangkat ke Puncak Jaya, lanjut Angel, Sebab Leiron berangkat ke Puncak Jaya setelah paskah kejadian ini terjadi. Secara pribadi dan mewakili seluru tim Papua Pos Nabire dan Pasifik Pos merasa berduka dan kehilangan dengan adanya kejadian ini.

“Selama ini Leiron sangat banyak membantu kami dalam melakukan pemberintaan, sangat jelas kami berduka. Selanjutnya langkah kami perusahaan akan berkoordinasi ke keluarga korban yang ada di sana. Sementara jenazah Leiron sendiri di semayamkan di rumah Wakil Bupati Henock Ibo,” terangnya.

11.57 | 0 komentar

Blog Archives

Total Tayangan Halaman