Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Tanpa Alasan Polisi di Wamena Tangkap dan Aniaya Tiga Rakyat Sipil

Written By Unknown on Sabtu, 05 September 2015 | 06.56

Wamena, 04/09/2015 - Lagi-lagi, aparat Kepolisian Republik Indonesia bertindak brutal terhadap rakyat sipil Papua, di Kabupaten Jayawijaya, Papua. Aparat Kepolisian Republik Indonesia, dari satuan resort Jayawijaya, pada hari Jum'at, 04 September 2015 pukul 17:00 WP, melakukan penganiayaan dan penangkapan terhadap tiga orang rakyat sipil, masing-masing atas nama ; Rony Kogoya (32), Yefri Kogoya (28) dan Esmon Murib.
Kejadian bermula, ketika ke tiga korban penganiayaan dan penangkapan ini, sedang duduk santai di teras depan Wamena Mall, lalu tanpa sebab dan alasan apapun, mereka tiba-tiba didatangi oleh enam orang anggota kepolisian dari resort Jayawijaya bersenjata lengkap yang langsung mengeluarkan rentetan tembakan ke udara, dan kemudian membekuk mereka bertiga dan kemudian dianiaya dengan menggunakan popor senjata.
Wendi W dan Esap W yang melihat peristiwa ini menturkan bahwa, mereka sempat melihat ke tiga saudara tersebut sedang duduk-duduk santai di depan Wamena Mall, dan sempat saling tegur sapa, namu mereka mengaku kaget ketika melihat polisi datang dengan senjata lengkap lalu menangkap mereka, "kami tadi lihat tiga saudara itu ada duduk santai di depan mall, baru kami pergi, tapi tidak lama kami dengan rentetan tembakan, jadi kami kembali, dan ternyata tiga saudara yang tadi ada duduk itu sedang dikepung enam anggota polisi bersenjata lengkap, mereka dipukul dengan popor senjata, hingga saudara Rony Kogoya jatuh di tempat, karena dipukul dengan popor senjata pas di uluh hati", ungkap Wendi dan Esap.
"Kami bingung dan sempat bertanya alasan penangkapan dan penganiayaan yang dilakukan oleh Polisi terhadap tiga saudara ini, tetapi Polisi jawab tiga orang ini adalah bagian dari kelompok pengacau keamanan, tetapi kami rasa itu hanya alasan Polisi saja, sebab kami kenal tiga orang ini, dan kami tahu mereka adalah rakyat biasa dan orang baik. Kami bingung dan kasihan, melihat apa yang dilakukan Polisi terhadap tiga saudara kami ini, mereka tadi hanya duduk-duduk saja, baru polisi datang main tembak dan main pukul saja tanpa alasan," tegas Wendi dan Esap kembali menjelaskan.
Menurut informasi yang diperoleh, ketiga orang ini hingga saat ini, masih di tahan di Satuan Kepolisian Resort Kota Jayawijaya.[wpnews]

06.56 | 0 komentar

Benny Wenda: Untuk Papua Barat, ULMWP dan semua keluarga Melanesia, dan Pasifik.

Benny Wenda
Papua Nugini (PNG) telah menolak aplikasi visa saya untuk memasuki negara itu untuk kedua kalinya. Saya kecewa bahwa PNG sebagai negara demokrasi yang menghargai demokrasi, kebebasan dan keadilan telah mengambil keputusan ini. Yang pertama, saya diberitahu bahwa masalah ini adalah masalah administrasi dan alasan yang diberikan adalah bahwa saya tidak melengkapi dokumen keimigrasian yang diperlukan PNG dan prosedurnya.

Untuk menghadiri undangan Gubernur Distrik Ibu Kota Nasional (NCD), Hon. Powes Parkop untuk menghadiri konferensi pengungsi hak asasi manusia, dan juga mengambil bagian dalam acara lainnya termasuk perayaan kemerdekaan 40 PNG, dan Pulau Forum Pasifik dalam kapasitas saya sebagai juru bicara United Liberalition Movement for West Papua (ULMWP); Saya meluncurkan aplikasi visa penuh yang diperiksa oleh pengacara saya dan dahului dengan pemesanan penerbangan.

Beberapa jam sebelumnya saya naik ke pesawat dari London Heathrow ke Port Moresby minggu ini, saya menemukan bahwa imigrasi PNG menolak permohonan visa saya, dan sebagai hasilnya, saya telah membatalkan perjalanan ke PNG. Tidak ada rincian yang tepat atau penjelasan resmi dari Komisi Tinggi PNG di London mengapa aplikasi visa saya ditolak.

Saya menghormati keputusan Pemerintah PNG dan departemen imigrasi, tetapi dengan ini saya memohon kepada pemerintah untuk tidak menghukum perjuangan rakyat Papua Barat. Saya sangat mendorong Perdana Menteri, Peter O'Neill dan semua pemimpin Pasifik untuk berdiri teguh sebagai pemimpin Pasifik dan mendukung isu Papua Barat di pertemuan minggu depan.

Papua Barat adalah salah satu dari lima bidang prioritas teratas pada pertemuan Pacific Island Development Forum, dan saya menghimbau kepada masyarakat PNG dan Pasifik untuk menggalang dukungan Anda pada rekomendasi ditetapkan sebelum para pemimpin.

Kami ULMWP menghimbau para pemimpin Pasifik kami untuk membentuk sebuah delegasi tingkat tinggi PIF untuk melakukan sebuah misi pencarian fakta untuk menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia di Papua Barat; dan untuk mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menunjuk seorang utusan khusus HAM untuk Papua Barat.

Ada dukungan yang berkembang di Pasifik, dan saya ingin berterima kasih secara pribadi saudara Pacific saya dan saudara yang selalu mendukung perjalanan kebebasan kita. Silakan terus mendukung rakyat Papua Barat dalam perjuangan kami untuk kebebasan. Terima kasih juga untuk teman-teman di Australia, Selandia Baru, dan mereka secara global yang terus mendukung gerakan kebebasan Papua Barat.


Benny Wenda


Pemimpin Kemerdekaan Papua Barat 
Juru Bicara United Liberalition Movement for West Papua

Papua Merdeka!
05.44 | 0 komentar

Inilah Kronologis Penembakan Tujuh Warga Versi Keuskupan Timika

Warga mengarak jenazah Yulianus Okoare (18) dan Imanuel Marimau (23), korban tewas akibat ditembak anggota TNI di Timika, Mimika, Papua, Jumat (28/8). Dua orang warga sipil tewas dan sejumlah lainnya luka-luka dalam insiden yang terjadi pada Jumat (28/8). Jubi/Antara
Jayapura, Jubi – Gereja Katolik Keuskupan Timika secara resmi merilis kronologis penembakan terhadap tujuh warga sipil oleh oknum TNI dari kesatuan Kodim 1710 di Koperapoka, Timika, pada 27 Agustus 2015 lalu.
Dalam rilis yang diterima Jubi, Jumat (4/9/2015), yang ditandatangani Mgr. John Philip Saklil, Pr. disebutkan, sebelum kejadian itu, orang-orang Kamoro menggelar dua acara untuk mengucap syukur atas keberhasilan Leonardus Tumuka sebagai seorang putera suku Kamoro pertama yang meraih gelar doktor.
Pertama, menyelenggarakan malam kesenian adat suku Kamoro dengan menampilkan acara “tifa duduk” (menabuh tifa dalam posisi duduk/kadang berdiri sambil menyanyikan lagu adat dan menari, yang biasanya berlangsung semalam suntuk).
Kedua, penyambutan secara umum/nasional berupa resepsi dengan mengundang para tokoh dari adat, agama dan pemerintah, PT. Freeport dan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LEMASKO).
Acara pertama diselenggarakan di rumah serba guna milik gereja Katolik (bekas gedung Gereja Katolik Santo Fransiskus) di jalan Bhayangkara, Koperapoka Timika, pada tanggal 27 Agustus 2015.
Acara kedua sedianya akan diselenggarakan pada tanggal 28 Agustus 2015 di hotel Serayu Timika.
Dalam acara “tifa duduk” pada tanggal 27 Agustus 2015, terjadilah kejadian tragis, penembakan yang dilakukan oleh aparat militer terhadap 7 (tujuh) orang warga sipil. Lima orang luka-luka dan dua orang tewas seketika.
Kronologi Kejadian
Pertama, pihak gereja mengatakan, sudah dari jauh hari, acara dipersiapkan dalam sejumlah rapat/pertemuan yang diadakan di rumah keluarga Gerry Okoare. Dan dalam salah satu rapat itu diputuskan bahwa acara pesta adat akan dilaksanakan di Kompleks Gereja St. Fransiskus Koperapoka. Pada sore hari, 27 Agustus 2015, massa sudah mulai berkumpul di sekitar halaman gereja dengan segala persiapan pesta. Menjelang malam, masyarakat bersama aparat keamanan (polisi) menutup jalan masuk ke arah gereja di jalan Bhayangkara, karena tempat acara “tifa duduk” diadakan di halaman samping gereja, dekat Jalan Raya Ahmad Yani.
Kedua, pada 28 Agustus 2015, sekitar pukul 01.20 waktu setempat, sebuah motor yang berboncengan berusaha menerobos barikade jalan yang sudah ditutup. Para pemuda OMK (Orang Muda Katolik) yang berjaga menegur pengendara sepeda motor tersebut. Namun kedua orang itu tidak menerimanya dengan baik. Mereka turun dari sepeda motor dan terjadilah pertengkaran mulut. Kedua orang tadi sempat mengancam pemuda OMK dengan mamakai pisau sangkur sehingga memicu terjadinya kontak fisik (perkelahian).
Melihat perkelahian yang tidak berimbang (dua orang melawan belasan pemuda OMK), para tetua adat Kamoro turun tangan untuk melerainya, sebab dikhwatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kedua orang tadi dipukul hingga babak belur atau bahkan mati. Kemudian barulah diketahui bahwa kedua orang tersebut adalah anggota militer dalam keadaan mabuk. Sesudah situasi agak reda, kedua anggota tentara itu melarikan diri.
Ketiga, sekitar pukul 02.00 dini hari waktu Papua, datang lagi dua orang lain dengan menggunakan sepeda motor, tetapi bukanlah dua orang yang datang sebelumnya. Satunya menenteng senjata api laras panjang. Mereka turun dari motor dan langsung menuju ke pintu masuk halaman gereja. Melihat gelagat mereka, sejumlah pemuda OMK mencoba untuk menghalangi mereka. Namun dengan menodongkan senjata kepada pemuda OMK, mereka berteriak “siapa yang pukul anggota?” Banyak ibu serta anak-anak yang ketakutan berusaha menyelamatkan diri dengan memanjat tembok pagar gereja.
Katanya, kedua orang itu sempat masuk sampai ke dalam halaman gereja dengan posisi laras senjata yang diarahkan kepada massa. Namun sejumlah ibu yang masih ada di halaman gereja mengadakan perlawanan dan berusaha menghalau kedua orang itu sambil berteriak: “keluar, ini gereja”. Lalu, dibantu oleh anak-anak muda OMK, para ibu ini terus menghalau kedua orang tersebut ke luar halaman gereja, bahkan hingga ke pertigaan jalan Ahmad Yani. Saat itulah terdengar bunyi rentetan tembakan membabi buta. Dan bersamaan dengan bunyi tembakan tersebut, berjatuhanlah beberapa orang sipil, terhitung 7 (tujuh) orang korban.
Keempat, sekitar pukul 03.10 WP, para korban dievakuasi ke rumah sakit terdekat (RSUD Mimika dan RSMM Timika).
Kelima, data terakhir dari para korban hingga hari ini, 01 September 2015: 2(dua) korban telah meninggal dunia, 1 (satu) orang dalam kondisi kritis dan 4 (empat) lainnya yang luka berat maupun ringan dalam proses perawatan.
Identitas Para Korban Meninggal
Pertama, Imanuel Herman Mairimau (23) korban meninggal kena tembakan di bagian leher tembus kepala. Ia meninggalkan seorang isteri dan anak. Kedua, Yulianus Okoware (23) Korban meninggal bagian perut tembus belakang.
Identitas korban luka-luka
Pertama, Thomas Apoka (24) terkena tembakan pada telapak kaki kanan. Sedang menjalani perawatan di RSUD Mimika. Kedua, Martinus Imaputa (17) seorang pelajar terkena tembakan pada dada kiri. Kondisi kritis sedang menjalani perawatan di Ruma Sakit Mitra Masyarakat Timika. Ketiga, Moses Emepu (24) terkena tembakan di paha kanan, menjalani perawatan medis di RUSD Timika. Keempat, Martinus Afukafi (24) terkena tembakan di pingan kiri, sedang menjalani perawatan di RMM Timika. Kelima, Amalia Apoka (wanita 19 tahun) terkena tembakan pada kaki kanan, menjalani berobat jalan.
Identitas Pelaku
Pertama, Makher berpangkat Serka anggota TNI kesatuan Kodim 1710. Pelaku sedang ditahan den POM Timika. Kedua, Ashaar berpangkat Sertu, anggota TNI Kodim 1710 sedang ditahan Den POM Timika. (Mawel Benny)


05.23 | 0 komentar

Massa Beratribut Bintang Kejora Demo Tuntut Kemerdekaan Papua

Demo mahasiswa Papua di Malang. ©2015 merdeka.com/darmadi sasongko
Merdeka.com - Massa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) menggelar demontrasi di Alun-alun Bundaran Tugu, Kota Malang, Jumat (4/9). Massa membentangkan berbagai spanduk tuntutan, serta atribut bergambar Bintang Kejora.

Gambar Bintang Bejora dibentangkan dalam selembar kertas seukuran bendera. Selain itu, juga pada selembar syal yang dikalungkan di leher.

Beberapa tuntutan mereka berbunyi NKRI stop kirim militer Indonesia ke tanah Papua, Amerika Serikat bertanggung jawab atas manipulasi sejarah rakyat Papua Barat, hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokrasi bagi rakyat Papua Barat.

Beberapa juga menampilkan foto-foto kekejaman yang mereka klaim sebagai tindak kejahatan yang dilakukan oleh TNI di Papua. Massa juga berorasi menyuarakan menuntut pembantaian di Papua Barat dihentikan.

"Perilaku Indonesia melalui aparat keamanannya atau gabungan militer Indonesia masih saja melakukan tindakan tidak manusiawi terhadap rakyat sipil dan tokoh Papua," kata seorang orator.

"Walaupun Jokowi membuka kantornya di Papua, itu bukan berarti menyurutkan niat kami untuk merdeka," kata orator yang lain.

Juru bicara aksi demo, Nhoten Suhuniap mengungkapkan bahwa aparat di lapangan masih melakukan tindakan-tindakan represif. Indonesia harus melakukan penyelesaian dan proses hukum atas tindakan TNI.

"Terakhir telah terjadi penculikan tiga warga Papua akhir bulan lalu. Representasi pemerintah harus bertanggung jawab. Selama selalu saja tidak pernah ada penyelesaian," kata Nhoten.

Nhoten menuntut Indonesia sebagai negara hukum, penyelenggara negara yang melakukan pelanggaran harus ditindak sesuai hukum. Pihaknya berharap pemerintah melakukan tindakan hukum.

"Selama ini belum pernah ada penyelesaian akhir. Tidak pernah ada penyelesaiannya, kendati pelanggaran berat terjadi," katanya.

Demo berjalan dengan penjagaan sangat ketat. Arus lalu lintas yang biasanya memutar Alun Alun Bundar, sempat dibelokkan ke kanan dari arah stasiun. Arus terlihat padat, kendati tetap lancar.

Sementara Wakapolres Kota Malang, Kompol Dewa Putu mengungkapkan pihak keamanan mengabil sikap kooperatif. Selama tidak anarkis, pihaknya tidak akan mengambil tindakan tegas.

"Selama tidak anarkis tidak masalah, mereka damai kita juga damai. Kita akan jalankan pengamanan sesuai protap, pasukan siap semua," kata kompol Dewa Putu di sela pengamanan.

[cob]
Sumber : www.merdeka.com
01.54 | 0 komentar

Blog Archives

Total Tayangan Halaman